Kategori
Kesaksian Staf

Membangun Disiplin Rohani

 

 

 

 

MEMBANGUN DISIPLIN ROHANI

Oleh: Bella Toulasik (Associate Staf Perkantas Rote)

Apa yang pertama kali muncul di benak anda ketika mendengar kata “Disiplin?”

Ada beberapa orang beranggapan bahwa kata ini memiliki makna: keras, tegas, dan kasar. Bagi mereka kata ini mengandung makna negatif. Lalu apa pengertian dari disiplin itu?

Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu DISCERE yang berarti “Belajar”.  Dari kata tersebut berkembang menjadi kata DISCIPLINA yang berarti “Pengajaran/Pelatihan”. Disiplin dalam bahasa Inggris berasal dari kata DISCIPLE yang berarti “Pengikut/Murid”. Kata ini kemudian mengalami perkembangan makna seperti kepatuhan atau taat terhadap suatu peraturan. Dengan kata lain jika semua pihak menjalani hidup dengan disiplin maka semua kegiatan yang dilakukan dalam masayarakat akan berlangsung dengan baik dan teratur.  Disiplin harus menjadi suatu karakter dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk juga aspek kerohanian. Tujuan dari disiplin rohani adalah untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan rohani seseorang yang memampukan dia mencapai kedewasaan dalam iman kepada Allah. Selain itu, disiplin rohani juga bertujuan untuk mengembangkan jiwa rohani seseorang yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat seperti yang dituliskan dalam 2 Korintus 5:17 “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Ketika seseorang menerima Yesus, itu berarti perilaku hidupnya harus serupa dengan Kristus. Perilaku lama dari diri sendiri akan berubah secara perlahan demi mencapai keserupaan dengan Kristus. Oleh sebab itu syarat pertama untuk mengikut Yesus adalah “menyangkal diri”, dimana seseorang harus mengadakan pembaharuan dirinya dari dalam ke luar. Hal ini mencakup pembaharuan cara berpikir, perasaan dan karakter.

Bagaimana Caranya?

Kita tidak hanya perlu untuk mengetahui makna dari disiplin rohani itu saja, namun ada cara yang harus dilakukan untuk mencapai keserupaan dengan Kristus. Cara atau disiplin rohani apa sajakah yang harus dilakukan untuk mencapai keserupaan itu?

  • Berdisiplin dalam Firman Tuhan

Disiplin firman mencakup dan berhubungan dengan Firman Tuhan. Dengarlah suara dan isi hati Tuhan melalui pembacaan Alkitab. Bacalah Alkitab dengan kehausan dan kerinduan untuk mendengarkan suara Tuhan dan mengenal Tuhan lebih dekat, bukan hanya sekedar membaca. 2 Timotius 3:15-16 berkata “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

  • Berdisiplin dalam Doa

Doa adalah media yang diberikan Tuhan agar manusia bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Berdoalah kepada Tuhan sungguh-sungguh dari hati, bukan hanya sekedar kebiasaan. Berdoalah senantiasa untuk segala hal dengan ucapan syukur, permohonan bahkan pengakuan dosa kita. Filipi 4:6 berkata “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

Membina hubungan yang dekat dengan Tuhan mutlak membutuhkan firman Tuhan dan kehidupan doa yang sehat. Jika kita berdisiplin terhadap Firman Tuhan dan Doa, maka kita memampukan diri kita berlomba menjadi serupa dengan Yesus, seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 9:24-27. Seorang atlit akan berlatih agar pada saat pertandingan ia dapat mengalahkan setiap tantangan dan mendapat hadiah. Dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Allah, bagaimana caranya untuk kita memperoleh mahkota yang abadi itu? Jawabannya adalah dengan melakukan disiplin rohani!

Kategori
Kesaksian Staf

Sharing Pelayan Misi


 

 

SHARING PELAYANAN MISI

Senny Pellokila (Staf Perkantas Kupang)

 Saat ini kami sedang melayani di tiga desa yang berdekatan di Pulau Timor. Dasar awal kami melayani karena jemaat-jemaat tersebut sudah banyak yang jadi mualaf. Faktor terbesar mereka menjadi mualaf karena masalah kemiskinan. Selain miskin, masyarakat tersebut juga mempunya tingkat pendidikan yang rendah dan pemahaman rohani yang dangkal sehingga dengan mudah berpindah kekyakinan pada waku di tawari dengan berbagai bantuan yang ada seperti sembako, air bersih, rumah maupun menyekolahkan anak-anak Kristen tetapi akhirnya anak-anak ini berpindah keyakinan kemudian kembali ke desanya dan mempengaruhi keluarganya untuk juga berpindah keyakinan.  Bahkan ada desa yang jumlah masyarakat muslim sudah lebih banyak dari pada masyarakat yang beragama Kristen.

            Masyarakat menikmati kemiskinan sejak dahulu dan bagi mereka itu bukan masalah. Kemiskinan tersebut menyebabkan dari dalam kandungan mereka sudah mengalami kurang gizi. Mereka hanya ke gereja tetapi tidak punya pemahaman yang dalam akan firman Tuhan dan juga secara pendidikan mereka kalah dibanding dengan saudara-saudara mereka yang telah menjadi mualaf. Di jemaat Kristen hanya satu atau dua orang yang menjadi sarjana tetapi teman-teman muslim sudah banyak yang menjadi sarjana bahkan mereka bisa memenangkan pemilihan kepala desa, karena calon mereka adalah orang asli yang bergelar sarjana, padahal di tempat-tempat tersebut umat Kristen masih mayoritas. Bahkan ustad mereka juga orang asli. Mereka saling mendukung untuk menyekolahkan anak-anak mereka apalagi anak-anak Kristen akan di sekolahkan di sekolah-sekolah mereka sehingga mudah berpindah keyakinan. Jadi secara pendidikan jemaat Kristen kalah jauh dan semakin terbelakang dibanding dengan teman-teman muslim. Apalagi dibandingkan dengan sekolah-sekolah GMIT (sekolah Kristen dibawah otoritas gereja tradisional), anak-anak baru diajar menggunakan bahasa Indonesia pada kelas III, ditambah lagi dengan guru-gurunya juga banyak yang tidak punya kapasitas dan beban, karena masih ada guru-guru yang hanya tamatan SMA dan hampir semua guru jika musim tanam tidak pergi mengajar berhari-hari tanpa ada rasa bersalah.

Jika kondisi terus terjadi seperti ini maka kedepan orang Kristen sulit menjadi pemimpin di daerahnya sendiri, bahkan banyak desa yang jumlah jemaat muslimnya semakin banyak karena teman-teman muslim terus gencar dengan berbagai cara menjadikan jemaat Kristen menjadi mualaf sedangkan gereja tidak ada pertahanannya karena satu pendeta bisa memegang 4-6 gereja lokal sehingga akan terus kebobolan. Oleh karena itu perlu gerakan yang hebat untuk menolong jemaat Kristen, perlu membantu gereja karena gereja tidak bisa melakukan banyak hal. Gereja terbatas sumber daya dan dana. Memang  sudah banyak gereja atau lembaga yang datang menolong jemaat Kristen di tempat ini, tetapi sayangnya mereka hanya memberikan bantuan secara langsung misalnya sembako, alat tulis, instalasi air tetapi tidak menolong jemaat yang ada untuk mandiri, bahkan jemaat terus bergantung pada bantuan-bantuan yang ada.

            Jemaat Kristen tidak melihat pentingnya hidup sejahtera, maka mereka tidak punya usaha yang lebih dalam bekerja. Karena miskin maka mereka diberikan banyak bantuan yang tanpa sadar ini meninabobohkan mereka, padahal ancaman untuk berpindah keyakainan akan siap menyergap mereka. Maka dari itu kita harus membantu mereka dengan tidak hanya memberikan bantuan yang bersifat karitatif tetapi diharapkan mereka bisa mandiri, bukan hanya merubah konsep berpikir tetapi juga memberikan contoh yang bisa diikuti, dan ini harus dikerjakan secara masif karena kita sudah kalah jauh dibanding teman-teman muslim. Kita harus saling mendukung, membuat jaringan yang besar agar impian tersebut bisa terjadi, dan arah perubahan itu sudah mulai nampak walaupun masih kecil.

Untuk mengatasi kemiskinan dan kekurangan gizi maka perlu adanya pemberdayaan ekonomi. Jemaat harus mempunyai kehidupan ekonomi yang baik sehingga tidak terpengaruh dengan bantuan dari pihak muslim, juga di tunjang oleh pendidikan dan pemahaman rohani yang semakin baik maka jemaat akan sejahtera baik secara spiritual maupun material. Oleh karena itu kami memutuskan pada tahun 2017 mengirim dua orang guru lalu di tambah tiga orang guru dan saat ini sudah sepuluh orang guru yang melayani di tiga desa. Pengiriman guru bisa diterima oleh masayarakat desa, termasuk teman-teman muslim. Para guru ini bisa melakukan banyak hal dalam tiga bidang yang ada yaitu pendidikan, kerohanian dan pemerdayaan ekonomi.

Dalam bidang pendidikan, mereka bukan hanya menjadi guru di sekolah tetapi hampir setiap hari mereka mengajar BIMBEL (Bimbingan Belajar) dan saat ini terdapat 188 siswa aktif yang ikut BIMBEL, termasuk beberapa siswa muslim. Selain itu kami juga menyekolahkan 10 orang siswa di SMP Kristen unggulan, dan ada 21 siswa yang sudah menjadi asisten guru yang membantu teman-temannya. Para asisten dan juga teman-teman yang di sekolah unggulan inilah yang diharapkan kedepan bisa membantu pendidikan di desanya.

Dalam bidang kerohanian, guru-guru membentuk beberapa kelompok pemuridan termasuk kelompok pemuridan ibu-ibu yang menanam sayur. Selain itu guru-guru juga mengajar sekolah minggu dan merekrut anak-anak sekolah minggu yang sudah dibina untuk menjadi guru sekolah minggu sehingga kedepan dalam taraf anak-anak maka mereka akan mempunyai pemahaman rohani yang sangat baik karena adanya pengajar/pembina yang berkualitas.

Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, jemaat yang dahulu tidak pernah menanam sayur, saat ini mereka bisa memiliki ratusan bedeng sayur, walaupun bedeng itu cukup jauh dari rumah mereka karena berlokasi di tempat mata air yang ada. Juga ada 14 KK (Kepala Keluarga) yang memelihara ikan Lele dan beberapa jemaat sudah membeli lele yang ada selain mereka jual keluar.

Ini pencapaian yang luar biasa karena jemaat belum penah membuat bedeng sayur dan memilihara ikan Lele. Bahkan awal mulanya mereka sangat takut terhadap ikan Lele karena bentuk tubuhnya yang menyerupai ular, tetapi sekarang mereka bisa mengkonsumsi ikan tersebut.

 Jemaatnya juga diedukasi untuk menabung dan ada beberapa KK yang sudah melakukan hal ini. Puji Tuhan. Juga yang sedang kami lakukan saat ini adalah jemaat diminta memelihara ayam untuk dijual dan telurnya bisa dikonsumsi oleh anak-anak mereka. Walapun hal ini belum berhasil, tetapi para guru terus mendorong orang tua dan anak-anak untuk melakukan hal ini.

Masih ada beberapa hal lagi yang ke depan akan dilakukan untuk menolong kondisi ini agar jemaat bisa hidup sejahtera dan punya pemahaman rohani yang baik sehingga tidak terpengaruh dengan berbagai bantuan untuk berpindah keyakinan. Bahkan kenginan kami adalah anak-anak yang suda dibina bisa juga menginjili teman-teman mereka yang sudah mualaf. Hal ini sudah dilakukan tetapi baru sebatas dikerjakan oleh beberapa guru yang ada.

Kedepan kami akan menjangaku beberapa desa lagi dengan menempatkan beberapa guru baru. Oleh karena itu bantuan/dukungan dari kakak-kakak dan teman-teman sangat kami butuhkan. Doakanlah agar pelayanan ini menjadi berkat yang berarti sehingga terbentuk system yang baik dalam bidang pendidikan, kerohanian dan ekonomi. Dengan demikian mereka bisa mandiri pada waktu kami menyelesaikan pelayanan di desa-desa tersebut.

 

Kategori
Kesaksian Staf

Cerita Tentang Pelayanan di Pulau Rote

 

 

 

CERITA TENTANG PELAYANAN DI PULAU ROTE

Rabea M.S. Seo, S.Th., M.Th

Terpujilah Allah Tritunggal, sang pemilik pelayanan yang terus mempercayakan kita untuk melayani Dia sampai saat ini. Bersyukur pula atas kasih dan penyertaanNya bagi pelayanan Perkantas, terkhususnya di Rote yang terus megalami pembaharuan dalam kasihNya bagi setiap generasi yang dilayani hingga saat ini. Sungguh kami melihat begitu besar kasih Tuhan yang tak henti-hentinya kami rasakan dalam wadah pelayanan Perkantas ini, untuk melayani generasi-generasi baik siswa, mahasiswa serta alumni supaya dimuridkan dengan harapan bahwa kelak mereka akan menjadi pemimpin- pemimpin bangsa yang berkompoten serta takut akan Tuhan. Meskipun sempat melewati tantangan di mana kami harus terus mengerjakan pelayanan ini di tengan pandemic Covid19 dengan segala keterbatarasan yang ada, namun kasih dan setia Tuhan terus menguatkan kami untuk tetap setia mengerjakan pelayanan ini, hingga keadaan berangsur-angsur kembali normal seperti sekarang ini.

Bersyukur untuk pelayanan Kak Rabea M.S. Seo, S.Th., M.Th, sebagai Pimpinan Cabang Perkantas NTT yang pada tahun ini berkesempatan untuk melayani gerenerasi-generasi muda yang dipanggil Tuhan di Kabupaten Rote Ndao pada tanggal 05–08 Agustus 2022.  Dalam kunjungannya Kak Bea berkesempatan melayani dalam Kebaktian Awal Tahun Ajaran (KATA) di Persisten SMA Negeri 1 Rote Barat Laut dan SMA Negeri 1 Rote Tengah. Kami bersyukur untuk pihak sekolah yang terus mendukung pelayanan Persektuan Siswa Kristen (Persisten) ini yang diharapkan bisa menguatkan siswa dalam hal moral maupun spiritual untuk menolong generasi ini menjadi berkat, terkhususnya di lingkungan sekolah mereka berada. Tema yang dipilih adalah “Grace Alone”, Semuanya Karena Knugerah. Kami percaya semua pergumulan yang kami lewati bersama, terutama saat pandemi Covid-19 di mana aktivitas belajar mengajar harus dilakukan dari rumah rumah, pembatasan aktivitas untuk melakukan suatu kegiatan termasuk pelayanan, kini semuanya telah pulih dan kembali normal seperti semula hanya karena anugerah dari Tuhan semata. Kami terus meminta dukungan doa bagi orang-orang yang melayani sebagai Tim Pembimbing Siswa maupun guru kunci yang ada di sekolah, yang terus menolong dan mempunyai visi untuk mengerjakan pelayanan ini bersama-sama, serta doakan juga untuk setiap rencana follow-up yang akan dilakukan untuk mempersiapkan setiap generasi agar dimuridkan dalam wadah Kelompok Tumbuh Bersama (KTB).

Kak Bea juga berkesempatan melayani di komponen alumni binaan Perkantas Rote dalam ibadah Persekutuan Besar Alumni. Dalam pelayanannya Kak Bea juga melakukan sharing kepada kakak- kakak alumni untuk menguatkan visi dan misi mereka dalam menghadapi pergumulan hidup baik keluarga, pekerjaan, studi, pelayanan supaya mereka tetap percaya dan bergantung kepada Tuhan. Terima kasih untuk pelayanan Kak Bea kepada komponen siswa dan alumni binaan di Rote. Kiranya Tuhan Yesus terus menyertai setiap pelayanan yang kakak kerjakan untuk menjadi berkat bagi kemuliaaNya.

Foto Kegiatan Pelayanan

Kategori
Kesaksian Staf

Sukacita Melayani Tuhan dalm Penderitaan

 

 

SUKACITA MELAYANI TUHAN DALAM PENDERITAAN

Kolose 1:24-29

Sebagai manusia penderitaan adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dalam kehidupan kita.  Dalam melayani Tuhan pun kita mengalami penderitaan. Namun melayani dengan sukacita meskipun mengalami penderitaan itu adalah sesuatu yang sulit ditemui. Karena namanya penderitaan pasti ada kesakitan, kesusahan dan lain-lain, yang melaluinya orang sulit merasakan sukacita. Namun, sebagai pelayan Tuhan kita diharapkan untuk melayani Tuhan dengan sukacita meskipun kita mengalami penderitaan. Mengapa kita perlu bersukacita melayani Tuhan meskipun kita sedang mengalami penderitaaan? Bukankah itu adalah dua hal yang berlawanan?

Ketika Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Kolose, ia sedang berada dalam tahanan. Menjadi seorang tahanan, itu bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Tekanan batin, fisik yang terancam sakit, belum lagi diperhadapkan dengan kondisi jemaat yang dilayaninya diterpa ajaran sesat dan lain-lain. Hal ini tentu membuatnya menderita, tetapi justru dalam penderitaanya, ia tidak fokus kepada dirinya sendiri, tetapi ia fokus pada tugas yang dipercayakan kepadanya untuk meneruskan Firman-Nya tentang Kristus yang menjadi pengharapan akan kemuliaan. Meskipun Paulus menderita, tetapi dia tetap bersukacita.

Paulus memandang penderitaan sebagai bagian dari penderitaan Yesus atas gereja dan penderitaannya adalah bagian dari panggilan itu. Paulus bersukacita karena ia diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam penderitaan yang Kristus alami. Paulus sadar sebagai Pelayan Tuhan, penderitaan yang ia alami tidak menghilangkan sukacita karena tugas yang dipercayakan Allah kepadanya untuk memberitakan Injil keselamatan di dalam Kristus. Injil keselamatan itu adalah rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad, dari generasi ke generasi. Karena rahasia itu adalah Kristus, maka ia tetap bersukacita dalam penderitaan dan tetap memberitakan Kristus yang menjadi pengharapan dan kemuliaan supaya melaluinya orang mengenal, bertumbuh menuju kedewasaan di dalam Dia.

Penderitaan tidak membuat Paulus kehilangan sukacita di tengah keterbatasannya karena berada di dalam penjara. Hal ini  ditunjukkan ketika ia mendengar permasalahan yang dihadapi jemaat Kolose melalui Epafras, yaitu adanya ajaran palsu yang mengancam kehidupan rohani jemaat Kolose. Ia menulis surat kepada jemaat di Kolose bahwa Injil keselamatan hanya ada di dalam Kristus dan itulah yang ia usahakan dan gumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa yang dikaruniakan Tuhan baginya.

Bagian Firman Tuhan ini menegur saya dengan keras bahwa saat mengerjakan pelayanan pemuridan, terkadang kendala-kendala, hambatan-hambatan yang dihadapi sebenarnya masih bisa saya hadapi dan penderitaan yang dialami pun tidak sebanding yang alami oleh Rasul Paulus. Jika dibandingkan dengan Rasul Paulus, saya hanya mengalami sampai pada perasaan yang tidak nyaman karena disalah mengerti, namun tidak sampai pada penganiayaan secara fisik dan penderitaan lainya, sehingga saya hanya terjebak dalam mengasihani diri sendiri. Paulus mengalami sampai pada penderitaan fisik, psikis dan lain-lain, tetapi ia tetap bersukacita melayani Tuhan dengan memberitakan injil Kristus. Ia tetap mengusahakan, menggumulkan di dalam doa-doanya dan dengan kekuatan yang diberikan Kristus membuatnya terus berjuang. 

Kiranya sebagai pelayan Tuhan kita pun melayani dengan setia dan penuh sukacita meskipun kita mengalami banyak penderitaan. Karena kita tahu bahwa Tuhan Yesus pun dalam pelayanan-Nya mengalami banyak penderitaan, tetapi Ia setia kepada panggilan-Nya sehingga rela mati demi manusia diselamatkan. Karena itu biarlah kita pun mau makin mengenal Kristus, mengalami kuasa kebangkitan-Nya dan bersekutu dalam penderitaan-Nya. Dengan demikian kita pun dimampukan untuk bersukacita dalam mengerjakan pelayanan meskipun ada banyak penderitaan yang kita hadapi. AMIN

Kategori
Kesaksian Staf

Memaksimalkan Sosial Media untuk Kemuliaan Tuhan

 

 

 

 

Memaksimalkan Media Sosial untuk Kemuliaan Tuhan

Aku menghendaki, saudara–saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan injil, sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata– kata tentang Firman Allah dengan tidak takut (Filipi 1:12-14).

 Keadaan yang terbatas bisa membuat kita menjadi kreatif. Ketika Paulus menulis surat Filipi ia sedang berada di dalam penjara. Keadaan terpenjara harusnya menghambat Paulus sehingga ia tidak bisa memberitakan Injil seperti sebelumnya. Tetapi dalam surat ini kita tidak melihat pengeluhan tentang bagaimana ia kesulitan memberitakan Injil dan juga melakukan penggembalaan, tetapi justru ia menemukan cara untuk menggembalakan murid–murid dan jemaat lewat surat yang sangat mahal itu.

Proses pembuatan surat pada waktu itu tidak seperti kita sekarang. Waktu itu menulis adalah pekerjaan penting dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Menurut para ahli, surat Filemon yang pendek itu bisa memakan biaya sampai 44 Juta Rupiah jika disamakan dengan mata uang kita sekarang. Apalagi surat Filipi atau surat Roma yang panjang itu.

Tidak hanya memberikan pembinaan, lewat kesaksian dalam suratnya meski dalam penjara Paulus tetap melakukan pekerjaan penginjilan, dan di ayat 12 Paulus mengatakan bahwa apa yang terjadi atasnya justru menyebabkan kemajuan Injil. Karenanya Injil makin diberitakan di kalangan kerajaan dan karena teladannya makin banyak orang semakin berani memberitakan Injil. Paulus tidak menjadikan tantangan sebagai hal yang menghambat pelayanannya, tetapi tantangan sebagai cara pernyataan kemuliaan Tuhan.

Keadaan di zaman sekarang berbeda dengan keadaan Paulus pada waktu itu. Dengan adanya internet kita justru menjadi tidak terbatas. Saat ini kebanyakan orang memiliki akun media sosial. Kehadiran Media sosial juga menjadi sarana yang sangat baik untuk bisa menghubungkan kita dengan orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Seharusnya dalam kondisi yang tidak terbatas ini, Injil semakin mudah diberitakan. Tetapi kenyataannya tidak demikian.

Banyak faktor yang membuat Injil tidak mengalami kemajuan signifikan di tengah perkembangan teknologi ini. Ada faktor eksternal yang mana makin banyak juga konten-konten negatif yang beredar di internet. Godaan dosa kini hanya berada di ujung jari kita. Tetapi selain itu, faktor internal dari dalam diri orang percaya juga menjadi masalah. Orang percaya menggunakan media sosialnya tidak untuk kepentingan Injil.

Sebagian kita mungkin berpikir bahwa tugas untuk memberitakan Injil di sosial media adalah tanggung jawab lembaga agama seperti gereja maupun yayasan seperti Perkantas, LPMI dan lain-lain. Namun kita perlu ingat bahwa tanggung jawab memberitakan Injil, Tuhan berikan kepada semua orang percaya. Amanat Agung Yesus berikan kepada semua orang yang beroleh keselamatan karena pengorbananNya. Karena itu kemajuan Injil adalah tanggung jawab kita bersama.

Selain itu ada kesalahan berpikir pada kebanyakan orang percaya yang mencoba membedakan kehidupan rohani dan kehidupan sekuler. Bagi sebagian orang media sosial merupakan tempat berbagi hal-hal yang bersifat pribadi dan tidak harus berhubungan dengan nilai-nilai kekristenan. Cara berpikir seperti ini akhirnya membuat kita hanya memposting hal-hal yang menurut kita menyenangkan dan malah secara tidak sadar justru media sosial dijadikan sebagai tempat untuk pamer. Masalah terbesar dari pamer adalah kita mengharapkan orang lain yang melihat menjadi iri. Tentu ini adalah cara yang salah dalam menghidupi identitas kita sebagai garam dan terang dunia.

Kita perlu ingat identitas kita dalam Kristus agar kita mampu bertindak dengan tepat. Sebagai garam dan terang dunia, seluruh bagian hidup kita harus kita pakai untuk menjadi berkat, termasuk kehidupan di media sosial. Karena itu kita harus memperhatikan cara kita menggunakan media sosial agar kehidupan kita bisa menjadi berkat. Kita perlu berpikir keras bagaimana cara menggunakan sosial media agar Injil bisa diberitakan dan nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita.

 

 

Kategori
Kesaksian Staf

Pengakuan Dosa dan Anugerah Allah




Pengakuan Dosa dan Anugerah Allah

2 Samuel 11-12

Kisah tentang raja Daud sudah tidak asing lagi bagi kita. Sedari kecil, kita sudah mendengar cerita tentangnya. Daud selalu digambarkan sebagai seorang raja yang elok parasnya, berani, kuat, takut akan Tuhan dan bisa memproduksi lagu yang bagus sampai populer di zamannya. Bisa dibilang, Daud adalah seorang yang perfect dan kalau ada di zaman sekarang, mungkin raja Daud pasti saingan berat dengan V, Jungkook BTS, dkk.. Bagaimana tidak? Ketika Daud mulai memainkan alat musik dan bernyanyi, Saul yang dikuasai iblis saja bisa merasa tenang dan damai.. kita bisa membaca sendiri kisah tentang raja Daud dalam kitab 1 dan 2 Samuel.

Di sana kita akan menemukan cerita tentang Daud dari sebelum menjadi raja, bagaimana dia dipilih, kisah tentang keperkasaannya dan masih banyak lagi. Namun, kita perlu memperhatikan bahwa kitab Samuel ditulis bukan untuk kepentingan sejarah atau sebagai kitab biografi, tetapi tujuan utama penulisan kitab ini bersifat teologis, dimana memberikan pemahaman bagi kita tentang penetapan perjanjian Allah dengan Daud (2 Sam. 7). Karena penulisan kitab ini bersifat teologis, penulis tidak hanya menceritakan tentang hal-hal baik dan kejayaan raja Daud, tetapi juga tentang kejatuhannya, meskipun ia seorang raja yang namanya masyur dan kerajaannya kokoh. Di sini penulis ingin agar kita dapat melihat karya Tuhan di dalam kisah hidup Daud, apa pun itu.

Kejatuhan raja Daud dimulai ketika ia sedang berjalan-jalan di atas sotoh istana dan ketika ia melihat ke bawah, tampak ada seorang wanita yang sedang mandi. Alkitab menulis bahwa wanita itu elok parasnya dan Daud mulai tertarik. Ketertarikan raja Daud membuatnya ingin tahu, mulai mencari tahu tentang siapa wanita cantik yang baru dilihatnya (gambaran kita pada umumnya kalau mulai tertarik dengan lawan jenis). Setelah dicari tahu, wanita cantik ini rupanya bernama Batsyeba dan ternyata sudah bersuami. Nama suaminya Uria, orang Het, dan ia seorang perwira yang sedang berada di medan pertempuran.

Di sini konflik mulai muncul. Meskipun Daud sudah tau status Batsyeba, ia tidak dapat menahan hatinya. Keinginan untuk memiliki Batsyeba semakin besar sehingga ia menyuruh memanggil perempuan itu, lalu tidur dengan dia. Masalah makin melebar ketika Daud mendapat pesan dari Batsyeba bahwa ia sekarang tengah mengandung. Berita ini tentu membuat Daud makin gundah karena jika rumor ini beredar, nama baik keduanya dipertaruhkan dan dihukum mati (Imamat 20:10). Oleh karena itu, Daud mulai memutar otak.

Daud memanfaatkan statusnya sebagai seorang raja untuk meminta Uria kembali dari medan pertempuran dengan alasan yang tidak jelas. Di ayat 7, dikatakan bahwa Daud menanyakan keadaan Yoab, panglima perangnya, menanyakan tentang keadaan tentara dan keadaan perang kepada Uria. Hal ini terlihat seperti terlalu dipaksakan. Jika Daud benar-benar ingin mengetahui keadaan di sana, tidak perlu Uria diundang untuk datang kepada raja. Orang yang tadinya Daud utus untuk meminta Uria pulang bisa menyampaikan akan hal itu. Atau, biasanya suatu kerajaan memiliki seorang utusan yang tugasnya untuk menyampaikan/mencari tahu tentang kondisi perang dan tentaranya.

Jelas ini hanya alibi dari Daud. Karena setelah mendengar berita dari medan pertempuran, Daud menyuruh Uria untuk pulang ke rumahnya dan beristirahat di sana. Sangat jelas di sini motif dari Daud. Jika Uria pulang ke rumah dan bersetubuh dengan isterinya, maka rumor tentang kehamilan Batsyeba dapat ditekan. Namun disini narasi tidak berjalan sesuai dengan skenario Daud, Tuhan tidak memihak kepadanya sehingga Uria menolak untuk pulang ke rumahnya sampai 3 kali! Uria memilih untuk tidur di depan pintu istana bersama-sama dengan hamba raja Daud. Ketika Daud bertanya kepadanya mengapa ia tidak pulang ke rumahnya, Uria dengan tegas memberikan jawaban bahwa demi hidup dan nyawa raja Daud, ia tidak akan pulang ke rumahnya (2 Sam. 11:11). Nah, karena skenario tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, akhirnya Daud mengambil jalur lain. Uria harus mati! Dan agar terlihat lebih natural kematian Uria, Daud menulis surat dan meminta Uria yang membawanya langsung kepada Yoab! Isi suratnya agar Uria ditempatkan dalam barisan terdepan di peperangan yang sengit dan membiarkan supaya Uria mati terbunuh (ay. 14-15). Ini suatu rancangan yang sangat keji.

Di sini kita dapat melihat bahwa dosa melahirkan dosa yang lain dan lebih keji (seperti naik level). Dan naasnya, ini dilakukan oleh seorang pemimpin negara yang dipilih oleh Tuhan sendiri, bahkan di pasal 7, Allah memilih Daud dan mengikat perjanjian dengannya. Allah telah memilih Daud untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah yang besar terhadap umat Israel, sehingga Allah berjanji untuk membuat namanya besar dan sebuah “rumah” untuk Daud, di mana rumah yang dimaksud adalah estafet kerajaan akan berasal dari keturunan Daud untuk selama-lamanya. Perjanjian TUHAN dengan Daud mengenai keluarga dan keturunannya yang akan menjadi raja atas Israel, serta janji untuk memberikan keamanan selama masa pemerintahan Daud. Perjanjian Allah kepada Daud adalah perjanjian tidak bersyarat, sehingga ketika keturunannya tidak taat, janji ini tidak akan hilang, tetapi akan terus diperbaharui oleh Allah. TUHAN memberikan suatu janji relasi yang baru antara Allah dengan keturunan Daud, adalah seperti relasi seorang bapa dengan anaknya yang menggambarkan suatu relasi yang sangat dekat, relasi yang sangat kuat. Hal ini memampukan seorang bapa dapat mendisiplinkan anaknya ketika berbuat dosa, tetapi tidak ditolak (2 Sam. 7:14).

Dari kisah tentang kejatuhan Daud, kita dapat melihat bahwa manusia bisa saja gagal tetapi janji Allah tidak pernah gagal. Daud sebagai seorang pemimpin yang dipilih langsung oleh Allah pun dapat gagal menjadi anak Allah, tetapi di sini kita dapat melihat bahwa Allah tetap setia terhadap janji-Nya sehingga Daud tidak ditolak sebagai seorang anak. Hal ini terbukti dalam pasal 12 dikatakan bahwa Allah mengutus nabi Natan untuk menegur Daud atas segala dosa-dosanya, dan respon Daud terhadap teguran Tuhan seperti yang telah kita baca tadi di ayat 13, Daud berkata: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” Saudara, Daud yang adalah seorang raja menyadari akan segala dosanya dan mengakui itu semua di hadapan Allah, dan di sini kita dapat melihat bahwa Allah beranugerah kepada Daud bukan karena dia adalah seorang raja, tetapi karena janji Allah. Allah berkata di 2 Samuel 7:14 bahwa: “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.” Ayat 15, “Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya.”’

Saudara, ini janji keselamatan yang Allah berikan kepada Daud dan keturunannya, dan Allah menggenapi janji-Nya itu. Setelah Daud mengakui dosanya, Tuhan beranugerah dan mengampuni Daud. Tetapi ada konsekuensi akibat dosa yang harus ditanggung Daud. Pertama, pedang tidak akan menyingkir dari keturunannya. Kedua, isteri-isterinya akan diambil oleh Allah. Kalau Daud mengambil isteri Uria secara tersembunyi pada malam hari, isteri-isteri Daud akan diambil oleh kaum keluarganya sendiri pada waktu siang (2 Sam. 12:22, Absalom melakukan kudeta terhadap Daud, ayahnya sendiri, dan meniduri gundik-gundiknya pada siang hari di atas sotoh istana). Ketiga, anak yang dilahirkan oleh Batsyeba bagi Daud akan mati. Inilah hukuman bagi dosa-dosa Daud.

Saudara, dua hal penting yang kembali mengingatkan kita bahwa: Pertama, anugerah Allah terbuka bagi mereka yang mengakui akan dosa-dosanya di hadapan Tuhan dengan tulus ikhlas. Janji Tuhan dalam 1 Yohanes 1:9 mengatakan bahwa “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Saudara.. TIDAK ADA dosa yang kita lakukan, yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah. Daud telah melakukan dosa yang sangat keji di hadapan Tuhan dan manusia. Ia berzinah dengan isteri seorang hamba yang setia. Ia melakukan perencanaan pembunuhan hambanya dengan keji. Daud layak dihukum mati karena dosa-dosanya itu. Tetapi ketika Daud menyadari akan dosanya dan mengakui semuanya di hadapan Allah, kasih karunia Allah terbuka dan pengampunan diberikan kepadanya. Kalau hari ini kita sedang bergumul dengan dosa tertentu, mari akuilah semuanya di hadapan Tuhan, maka pengampunan yang dari Allah akan diberikan kepada saudara dan saya. Pertanyaannya, mengapa Allah begitu beranugerah?

Saudara, Allah begitu beranugerah karena Allah adalah Allah yang setia. Inilah hal penting kedua yang disampaikan melalui bagian ini. Perjanjian tidak bersyarat antara Allah dengan Daud disempurnakan melalui Tuhan Yesus Kristus, bahwa ada jaminan keselamatan yang pasti, yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia di dalam Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 10:27-2\9 & Roma 8:35-39). Bagi setiap mereka yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hidupnya, Allah memberikan jaminan ini, bahwa keselamatan yang Allah berikan tidak akan hilang. Sekali percaya kepada Kristus Yesus, kita akan diselamatkan. Memang benar bahwa kita masih bisa jatuh ke dalam dosa, tetapi dosa tidak akan menguasai hidup kita. Saudara, kebenaran ini memberi pengharapan bagi kita bahwa persoalan apa pun yang sedang kita hadapi sekarang ini atau di masa yang akan datang, tidak akan menjauhkan kita dari kasih Allah. Apakah itu persoalan kuliah, pergumulan tugas akhir sampai pergumulan teman hidup, masalah keluarga, masalah ekonomi, peperangan, atau pergumulan melawan dosa tertentu, dan masih banyak lagi persoalan-persoalan lainnya, saudara dan saya perlu mengingat bahwa semua itu tidak akan menjauhkan kita dari kasih Allah! Kita harus percaya bahwa kita dapat melewati setiap persoalan itu karena ada Allah yang setia, yang selalu bersama dengan kita. Amin

Kategori
Kesaksian Staf

Bahagia dalam Pencobaan

 

 

 

BERBAHAGIA DALAM PENCOBAAN

Yakobus 1:2-8 

Sebagai manusia kita pasti pernah atau bahkan sering dirundung dengan begitu banyak pencobaan. Kita semua tentunya tidak ingin bila pencobaan atau tantangan dalam kehidupan datang menghampiri. Pasti kita tidak akan nyaman, kita tidak akan tenang dan bisa saja membuat kita tidak fokus dalam melakukan apa pun. Dalam suratnya kepada jemaat di perantauan, Yakobus berkata “anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila mereka berada dalam pencobaan”. Dari pernyataannya ini, apakah Yakobus sedang mengajarkan kepada jemaat di perantauan bahwa syarat menjadi orang yang berbahagia harus dengan mengalami pencobaan? Tentunya tidak demikian. Jika kita mencermati bagian ini, Yakobus mau mengajak pendengarnya untuk melihat dari sudut pandang orang percaya agar mereka mengetahui apa yang menjadi maksud Tuhan melalui pencobaan yang dialami. Nasihat Yakobus ini pun datang kepada kita bahwa sebagai orang percaya kita harus menganggap pencobaan yang kita alami dalam hidup ini sebagai suatu kebahagiaan. Mengapa demikian? Dalam perikop yang menjadi perenungan ini, dapat ditemukan sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa sebagai orang percaya kita harus menganggap pencobaan yang kita alami sebagai suatu kebahagiaan.

  1. Pencobaan Membuat Kita Semakin Bertekun dalam Iman

Dalam nats ini dikatakan bahwa “pencobaan yang ada akan membawa kita pada ketekunan iman”. Apa maksud perkataan Yakobus ini? Mari kita lihat kembali ayat 2 dan 3, “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagi pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan”. Sebagai orang percaya, kita tentunya ingin agar tetap setia atau tekun dalam iman kita kepada Allah, tetapi dalam perjalanan hidup banyak kali pencobaan yang datang menjadi faktor penentu apakah kita mau tetap bertekun atau tidak, padahal kita dipanggil untuk tetap percaya dalam segala keadaan. Itu sebabnya Yakobus kembali mengingatkan kita bahwa seharusnya pencobaan-pencobaan yang ada membuat kita makin bertekun dalam iman.

  1. Pencobaan Menghasilkan Hikmat

Alasan kedua mengapa pencobaan yang dialami dalam kehidupan orang percaya harus dianggap sebagai suatu kebahagiaan dapat kita lihat pada ayat yang ke-5 “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya”. Ayat ini sangatlah menarik karena Yakobus mengajak jemaat di perantauan agar ketika diperhadapkan dengan pencobaan maka mereka harus meminta hikmat kepada Allah. Mengapa? Karena Allah itu murah hati dan tidak akan membangkit-bangkitkan atau memperhitungkan kesalahan dan dosa kita, maka hikmat tersebut akan diberikan kepada kita.

            Pergumulan yang kita alami bisa membuat kita kecewa dan frustasi saat kita tidak bisa menyelesaikannya. Tetapi ketika kita meminta hikmat kepada Allah, maka Ia adalah Allah yang murah hati, Allah yang tidak membangkit-bangkitkan, yang akan melimpahkan hikmat kepada kita sehingga kita bisa mengatasi setiap kesulitan yang kita alami. Marilah kita meminta hikmat Tuhan ketika mengalami persoalan hidup, niscaya hikmat kita akan semakin bertambah, maka kita pun akan berbahagia dan bertambah pula sukacita kita. Dari pergumulan yang ada, marilah kita melihat dengan cara pandang orang percaya bahwa pencobaan yang kita alami harus dipandang sebagai suatu kebahagiaan karena membuat kita semakin bertekun dalam iman, juga semakin berhikmat.

Kategori
Kesaksian Staf

Murid yang Bertumbuh

 

 

 

 

MURID YANG BERTUMBUH

Efesus 4:11-16

Surat Efesus ini ditulis oleh Rasul Paulus Ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus menuliskan surat ini tentunya Paulus memiliki tujuan atau motivasi tersendiri. Paulus menulis surat ini karena mlihat kondisi jemaat di Efesus yang menyembah Dewi Artemis atau Dewi kesuburan. Selain itu, jemaat di Efesus juga lebih tunduk terhadap Kaisar. Melihat kondisi ini tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan surat kepada jemaat di Efesus. Surat kiriman Paulus ini berisikan tentang nasihat, perintah dan himbauan. Salah satu nasihat yang dituliskan Paulus seperti yang kita baca dari bagian Firman Tuhan saat ini (Ef. 4:11-16). Paulus menjelaskan bahwa Tuhan memiliki harapan dan tujuan yang luar biasa bagi umat-Nya, yaitu semua anak-anakNya dapat bertumbuh mencapai kedewasaan yang penuh yaitu kepenuhan Kristus (Ef. 4:13).

Pertumbuhan rohani merupakan hasil dari pembentukan karakter yang dilakukan oleh Allah seumur hidup kita. Kita tidak hanya dituntut untuk percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, tetapi kita juga harus menunjukkan suatu pertumbuhan ke arah Kristus yang semakin serupa dengan-Nya. Pertumbuhan yang serupa dengan Kristus ini harus terlihat di dalam totalitas hidup kita setiap hari. Inilah yang menunjukan bahwa kita hidup dan bertumbuh. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana ciri seorang murid yang bertumbuh? Ciri murid yang bertumbuh ialah:

  1. Memiliki Pengenalan yang Mendalam dengan Allah

Bagaimana caranya agar kita dapat mengenal Allah secara mendalam? Pengenalan akan Allah adalah salah satu hal yang paling utama dalam hidup setiap orang percaya. Pengenalan akan Allah bukan hanya secara pengetahuan (otak), melainkan pengenalan akan Allah secara hubungan (relasi) dengan Allah. Pengenalan ini merupakan pengenalan yang intim dengan Allah yaitu melalui membaca dan merenungkan Firman Tuhan, Saat Teduh, dan doa-doa kita yang menghasilkan perubahan dan penyerahan tanpa batas dari diri kita. Iman yang hidup dan bertumbuh adalah iman yang semakin dewasa secara rohani dari hari ke hari.

  1. Memiliki Hidup yang Berbuah

Yesus adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Tuhan mau agar kita berbuah. Buah yang dimaksudkan diantanya buah roh, buah pelayanan dan buah jiwa-jiwa yang diselamatkan (melalui kesaksian/pengijilan). Hanya orang yang melekat pada Kristus dan yang terus dibersihkan yang dapat terus berbuah (Yoh. 15:2-4).

  1. Memiliki Ketabahan dalam Menjalani Proses Allah

Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi murid kristus tidaklah mudah. Terlebih menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan. Ada banyak tantangan dan rintangan, tetapi murid yang bertumbuh adalah murid yang tetap sabar dan tabah dalam menanggung segala perkara (1 Tes. 1:4). Ketabahan di sini bukan sekedar menerima segala persoalan yang ada tetapi juga mengubahnya menjadi sarana untuk melibatkan Allah dalam setiap proses yang dialami.

4.Memiliki Hidup yang Memberi dan Melayani

Setiap murid Kristus yang bertumbuh selalu berprinsip bahwa aku diberkati untuk menjadi berkat bagi sesama. Sadarilah bahwa tujuan Tuhan bagi kita bukan sekedar kita menjadi berkat bagi orang lain melainkan agar kita mencapai satu kesatuan iman yang penuh dan pengetahuan yang benar akan Allah, kedewasaan rohani yang penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Rekan-rekan, ciri seorang murid Kristus yang bertumbuh adalah memiliki pengenalan yang mendalam dengan Allah, memiliki hidup yang berbuah, memiliki ketabahan dalam menjalani proses Allah dan memiliki hidup yang memberi dan melayani. Marilah kita menjadi murid yang terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah dan terus menghasilkan buah yang benar sesuai Firman Tuhan, terus sabar dalam menjalani proses yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita serta teruslah memiliki hidup yang memberi dan melayani karena itulah wujud/ciri murid yang bertumbuh. Amin

Kategori
Kesaksian Staf

 

 

 

 

Berpengharapan Kepada Allah

Mazmur 91:1-2, 14-16

“Life is never flat”, begitu kira-kira slogan snack Chitato yang selalu terngiang setiap kali menyebut namanya atau memakannya. Sepaham dengan slogan ini, kehidupan memang tidak berjalan datar. Terkadang kita melalui hal-hal yang baik, namun ada saat di mana kita juga merasakan hal-hal yang buruk, seperti mengalami kehilangan, ditinggalkan, dimusuhi, dikhianati dan difitnah.

Tidak terkecuali dengan kita sebagai orang percaya, masalah-masalah juga akan singgah dalam hidup kita. Tidak sedikit orang Kristen yang mengaitkan masalah yang mereka hadapi dengan pelayanan yang telah mereka lakukan untuk Tuhan. Mereka mengadu pada Tuhan mengapa mengijinkan hal-hal buruk terjadi dalam hidup, padahal mereka telah melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Seakan-akan Tuhan bisa diatur-atur dengan perbuatan baik kita untuk membalasnya dengan memenuhi keinginan-keinginan kita.

Justru sebagai orang percaya kita tidak boleh menyerah pada masalah, bahkan sampai menyalahkan Tuhan atas keadaan buruk yang kita alami. Kita percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu, termasuk hal-hal buruk untuk mendatangkan kebaikan bagi kita anak-anakNya. Respon yang harus kita tunjukkan adalah menaruh pengharapan kepada Dia, yang lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Ada tiga hal yang membuat kita menjadi orang-orang yang berpengharapan kepada Allah dalam segala kondisi hidup.

Yang pertama, memiliki hati yang melekat kepada Tuhan. Dalam terjemahan yang lain memakai kata mengasihi dan mempercayai Allah. Ini berarti orang yang memiliki hati melekat kepada Tuhan adalah mereka yang mengasihi Allah dan mempercayaiNya. Apa yang Tuhan katakan tentang orang yang mengasihi Dia? Dalam Yohanes 14:21, Yesus mengatakan bahwa barangsiapa memegang perintahNya dan melakukannya, dialah yang mengasihiNya. Seseorang dengan hati melekat kepada Tuhan adalah dia yang melakukan firman Tuhan. Dialah orang yang berpengharapan kepada Tuhan karena mempercayaiNya dengan melakukan firmanNya. Orang yang melakukan firman Tuhan, pastinya ia perlu mengenal Tuhan dahulu.

Oleh karena itu, hal kedua yang membuat kita menjadi orang-orang berpengharapan adalah dengan mengenal Tuhan dan firmanNya. Pengenalan akan Tuhan melalui firmanNya memampukan kita memiliki dasar pengharapan yang benar dalam setiap kondisi hidup kita. Kita tidak bisa asal berharap dengan pengenalan yang keliru tentang Allah, karena kita bisa menjadi kecewa dan berprasangka buruk kepadaNya dengan pemahaman yang keliru tersebut. Oleh karena itu, pengenalan yang benar tentang Allah adalah penting sehingga kita memiliki dasar pengharapan yang benar pula kepadaNya.

Yang ketiga, dengan berseru kepada Tuhan. Terkadang, kita mengatakan bahwa kita sedang berpengharapan. Namun nyatanya, kita sedang mengandalkan kekuatan kita sendiri saat menghadapi situasi-situasi di dalam hidup. Kita tidak mengandalkan Dia dengan berseru kepadaNya lewat doa dan sikap kita. Kuasa Tuhan nyata saat kita memberi kesempatan padaNya untuk menyatakannya melalui kita.

 

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia memberikan kita firmanNya supaya kita bisa mengenalNya dan memiliki dasar pengharapan yang benar kepadaNya. Ia memberikan Roh Kudus untuk menolong kita mengasihi Dia dengan melakukan firmanNya. Ia tidak memaksa kita untuk percaya kepadaNya, tetapi Ia memberi kesempatan kepada kita untuk mengenalNya dan menjadi percaya dengan memberiNya kesempatan untuk menyatakan kuasaNya melalui hidup kita. Dengan begitu, kita menjadi orang-orang yang berpengharapan kepada Allah yang benar, yang tidak menyerah kepada keadaan, namun berserah kepada Allah dalam pengharapan yang sejati.