Memaksimalkan Media Sosial untuk Kemuliaan Tuhan

Aku menghendaki, saudara–saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan injil, sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata– kata tentang Firman Allah dengan tidak takut (Filipi 1:12-14).

 Keadaan yang terbatas bisa membuat kita menjadi kreatif. Ketika Paulus menulis surat Filipi ia sedang berada di dalam penjara. Keadaan terpenjara harusnya menghambat Paulus sehingga ia tidak bisa memberitakan Injil seperti sebelumnya. Tetapi dalam surat ini kita tidak melihat pengeluhan tentang bagaimana ia kesulitan memberitakan Injil dan juga melakukan penggembalaan, tetapi justru ia menemukan cara untuk menggembalakan murid–murid dan jemaat lewat surat yang sangat mahal itu.

Proses pembuatan surat pada waktu itu tidak seperti kita sekarang. Waktu itu menulis adalah pekerjaan penting dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Menurut para ahli, surat Filemon yang pendek itu bisa memakan biaya sampai 44 Juta Rupiah jika disamakan dengan mata uang kita sekarang. Apalagi surat Filipi atau surat Roma yang panjang itu.

Tidak hanya memberikan pembinaan, lewat kesaksian dalam suratnya meski dalam penjara Paulus tetap melakukan pekerjaan penginjilan, dan di ayat 12 Paulus mengatakan bahwa apa yang terjadi atasnya justru menyebabkan kemajuan Injil. Karenanya Injil makin diberitakan di kalangan kerajaan dan karena teladannya makin banyak orang semakin berani memberitakan Injil. Paulus tidak menjadikan tantangan sebagai hal yang menghambat pelayanannya, tetapi tantangan sebagai cara pernyataan kemuliaan Tuhan.

Keadaan di zaman sekarang berbeda dengan keadaan Paulus pada waktu itu. Dengan adanya internet kita justru menjadi tidak terbatas. Saat ini kebanyakan orang memiliki akun media sosial. Kehadiran Media sosial juga menjadi sarana yang sangat baik untuk bisa menghubungkan kita dengan orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Seharusnya dalam kondisi yang tidak terbatas ini, Injil semakin mudah diberitakan. Tetapi kenyataannya tidak demikian.

Banyak faktor yang membuat Injil tidak mengalami kemajuan signifikan di tengah perkembangan teknologi ini. Ada faktor eksternal yang mana makin banyak juga konten-konten negatif yang beredar di internet. Godaan dosa kini hanya berada di ujung jari kita. Tetapi selain itu, faktor internal dari dalam diri orang percaya juga menjadi masalah. Orang percaya menggunakan media sosialnya tidak untuk kepentingan Injil.

Sebagian kita mungkin berpikir bahwa tugas untuk memberitakan Injil di sosial media adalah tanggung jawab lembaga agama seperti gereja maupun yayasan seperti Perkantas, LPMI dan lain-lain. Namun kita perlu ingat bahwa tanggung jawab memberitakan Injil, Tuhan berikan kepada semua orang percaya. Amanat Agung Yesus berikan kepada semua orang yang beroleh keselamatan karena pengorbananNya. Karena itu kemajuan Injil adalah tanggung jawab kita bersama.

Selain itu ada kesalahan berpikir pada kebanyakan orang percaya yang mencoba membedakan kehidupan rohani dan kehidupan sekuler. Bagi sebagian orang media sosial merupakan tempat berbagi hal-hal yang bersifat pribadi dan tidak harus berhubungan dengan nilai-nilai kekristenan. Cara berpikir seperti ini akhirnya membuat kita hanya memposting hal-hal yang menurut kita menyenangkan dan malah secara tidak sadar justru media sosial dijadikan sebagai tempat untuk pamer. Masalah terbesar dari pamer adalah kita mengharapkan orang lain yang melihat menjadi iri. Tentu ini adalah cara yang salah dalam menghidupi identitas kita sebagai garam dan terang dunia.

Kita perlu ingat identitas kita dalam Kristus agar kita mampu bertindak dengan tepat. Sebagai garam dan terang dunia, seluruh bagian hidup kita harus kita pakai untuk menjadi berkat, termasuk kehidupan di media sosial. Karena itu kita harus memperhatikan cara kita menggunakan media sosial agar kehidupan kita bisa menjadi berkat. Kita perlu berpikir keras bagaimana cara menggunakan sosial media agar Injil bisa diberitakan dan nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita.