Berpengharapan Kepada Allah

Mazmur 91:1-2, 14-16

“Life is never flat”, begitu kira-kira slogan snack Chitato yang selalu terngiang setiap kali menyebut namanya atau memakannya. Sepaham dengan slogan ini, kehidupan memang tidak berjalan datar. Terkadang kita melalui hal-hal yang baik, namun ada saat di mana kita juga merasakan hal-hal yang buruk, seperti mengalami kehilangan, ditinggalkan, dimusuhi, dikhianati dan difitnah.

Tidak terkecuali dengan kita sebagai orang percaya, masalah-masalah juga akan singgah dalam hidup kita. Tidak sedikit orang Kristen yang mengaitkan masalah yang mereka hadapi dengan pelayanan yang telah mereka lakukan untuk Tuhan. Mereka mengadu pada Tuhan mengapa mengijinkan hal-hal buruk terjadi dalam hidup, padahal mereka telah melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Seakan-akan Tuhan bisa diatur-atur dengan perbuatan baik kita untuk membalasnya dengan memenuhi keinginan-keinginan kita.

Justru sebagai orang percaya kita tidak boleh menyerah pada masalah, bahkan sampai menyalahkan Tuhan atas keadaan buruk yang kita alami. Kita percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu, termasuk hal-hal buruk untuk mendatangkan kebaikan bagi kita anak-anakNya. Respon yang harus kita tunjukkan adalah menaruh pengharapan kepada Dia, yang lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Ada tiga hal yang membuat kita menjadi orang-orang yang berpengharapan kepada Allah dalam segala kondisi hidup.

Yang pertama, memiliki hati yang melekat kepada Tuhan. Dalam terjemahan yang lain memakai kata mengasihi dan mempercayai Allah. Ini berarti orang yang memiliki hati melekat kepada Tuhan adalah mereka yang mengasihi Allah dan mempercayaiNya. Apa yang Tuhan katakan tentang orang yang mengasihi Dia? Dalam Yohanes 14:21, Yesus mengatakan bahwa barangsiapa memegang perintahNya dan melakukannya, dialah yang mengasihiNya. Seseorang dengan hati melekat kepada Tuhan adalah dia yang melakukan firman Tuhan. Dialah orang yang berpengharapan kepada Tuhan karena mempercayaiNya dengan melakukan firmanNya. Orang yang melakukan firman Tuhan, pastinya ia perlu mengenal Tuhan dahulu.

Oleh karena itu, hal kedua yang membuat kita menjadi orang-orang berpengharapan adalah dengan mengenal Tuhan dan firmanNya. Pengenalan akan Tuhan melalui firmanNya memampukan kita memiliki dasar pengharapan yang benar dalam setiap kondisi hidup kita. Kita tidak bisa asal berharap dengan pengenalan yang keliru tentang Allah, karena kita bisa menjadi kecewa dan berprasangka buruk kepadaNya dengan pemahaman yang keliru tersebut. Oleh karena itu, pengenalan yang benar tentang Allah adalah penting sehingga kita memiliki dasar pengharapan yang benar pula kepadaNya.

Yang ketiga, dengan berseru kepada Tuhan. Terkadang, kita mengatakan bahwa kita sedang berpengharapan. Namun nyatanya, kita sedang mengandalkan kekuatan kita sendiri saat menghadapi situasi-situasi di dalam hidup. Kita tidak mengandalkan Dia dengan berseru kepadaNya lewat doa dan sikap kita. Kuasa Tuhan nyata saat kita memberi kesempatan padaNya untuk menyatakannya melalui kita.

 

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia memberikan kita firmanNya supaya kita bisa mengenalNya dan memiliki dasar pengharapan yang benar kepadaNya. Ia memberikan Roh Kudus untuk menolong kita mengasihi Dia dengan melakukan firmanNya. Ia tidak memaksa kita untuk percaya kepadaNya, tetapi Ia memberi kesempatan kepada kita untuk mengenalNya dan menjadi percaya dengan memberiNya kesempatan untuk menyatakan kuasaNya melalui hidup kita. Dengan begitu, kita menjadi orang-orang yang berpengharapan kepada Allah yang benar, yang tidak menyerah kepada keadaan, namun berserah kepada Allah dalam pengharapan yang sejati.