SUKACITA MELAYANI TUHAN DALAM PENDERITAAN

Kolose 1:24-29

Sebagai manusia penderitaan adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dalam kehidupan kita.  Dalam melayani Tuhan pun kita mengalami penderitaan. Namun melayani dengan sukacita meskipun mengalami penderitaan itu adalah sesuatu yang sulit ditemui. Karena namanya penderitaan pasti ada kesakitan, kesusahan dan lain-lain, yang melaluinya orang sulit merasakan sukacita. Namun, sebagai pelayan Tuhan kita diharapkan untuk melayani Tuhan dengan sukacita meskipun kita mengalami penderitaan. Mengapa kita perlu bersukacita melayani Tuhan meskipun kita sedang mengalami penderitaaan? Bukankah itu adalah dua hal yang berlawanan?

Ketika Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Kolose, ia sedang berada dalam tahanan. Menjadi seorang tahanan, itu bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Tekanan batin, fisik yang terancam sakit, belum lagi diperhadapkan dengan kondisi jemaat yang dilayaninya diterpa ajaran sesat dan lain-lain. Hal ini tentu membuatnya menderita, tetapi justru dalam penderitaanya, ia tidak fokus kepada dirinya sendiri, tetapi ia fokus pada tugas yang dipercayakan kepadanya untuk meneruskan Firman-Nya tentang Kristus yang menjadi pengharapan akan kemuliaan. Meskipun Paulus menderita, tetapi dia tetap bersukacita.

Paulus memandang penderitaan sebagai bagian dari penderitaan Yesus atas gereja dan penderitaannya adalah bagian dari panggilan itu. Paulus bersukacita karena ia diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam penderitaan yang Kristus alami. Paulus sadar sebagai Pelayan Tuhan, penderitaan yang ia alami tidak menghilangkan sukacita karena tugas yang dipercayakan Allah kepadanya untuk memberitakan Injil keselamatan di dalam Kristus. Injil keselamatan itu adalah rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad, dari generasi ke generasi. Karena rahasia itu adalah Kristus, maka ia tetap bersukacita dalam penderitaan dan tetap memberitakan Kristus yang menjadi pengharapan dan kemuliaan supaya melaluinya orang mengenal, bertumbuh menuju kedewasaan di dalam Dia.

Penderitaan tidak membuat Paulus kehilangan sukacita di tengah keterbatasannya karena berada di dalam penjara. Hal ini  ditunjukkan ketika ia mendengar permasalahan yang dihadapi jemaat Kolose melalui Epafras, yaitu adanya ajaran palsu yang mengancam kehidupan rohani jemaat Kolose. Ia menulis surat kepada jemaat di Kolose bahwa Injil keselamatan hanya ada di dalam Kristus dan itulah yang ia usahakan dan gumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa yang dikaruniakan Tuhan baginya.

Bagian Firman Tuhan ini menegur saya dengan keras bahwa saat mengerjakan pelayanan pemuridan, terkadang kendala-kendala, hambatan-hambatan yang dihadapi sebenarnya masih bisa saya hadapi dan penderitaan yang dialami pun tidak sebanding yang alami oleh Rasul Paulus. Jika dibandingkan dengan Rasul Paulus, saya hanya mengalami sampai pada perasaan yang tidak nyaman karena disalah mengerti, namun tidak sampai pada penganiayaan secara fisik dan penderitaan lainya, sehingga saya hanya terjebak dalam mengasihani diri sendiri. Paulus mengalami sampai pada penderitaan fisik, psikis dan lain-lain, tetapi ia tetap bersukacita melayani Tuhan dengan memberitakan injil Kristus. Ia tetap mengusahakan, menggumulkan di dalam doa-doanya dan dengan kekuatan yang diberikan Kristus membuatnya terus berjuang. 

Kiranya sebagai pelayan Tuhan kita pun melayani dengan setia dan penuh sukacita meskipun kita mengalami banyak penderitaan. Karena kita tahu bahwa Tuhan Yesus pun dalam pelayanan-Nya mengalami banyak penderitaan, tetapi Ia setia kepada panggilan-Nya sehingga rela mati demi manusia diselamatkan. Karena itu biarlah kita pun mau makin mengenal Kristus, mengalami kuasa kebangkitan-Nya dan bersekutu dalam penderitaan-Nya. Dengan demikian kita pun dimampukan untuk bersukacita dalam mengerjakan pelayanan meskipun ada banyak penderitaan yang kita hadapi. AMIN