Pengakuan Dosa dan Anugerah Allah
2 Samuel 11-12
Kisah tentang raja Daud sudah tidak asing lagi bagi kita. Sedari kecil, kita sudah mendengar cerita tentangnya. Daud selalu digambarkan sebagai seorang raja yang elok parasnya, berani, kuat, takut akan Tuhan dan bisa memproduksi lagu yang bagus sampai populer di zamannya. Bisa dibilang, Daud adalah seorang yang perfect dan kalau ada di zaman sekarang, mungkin raja Daud pasti saingan berat dengan V, Jungkook BTS, dkk.. Bagaimana tidak? Ketika Daud mulai memainkan alat musik dan bernyanyi, Saul yang dikuasai iblis saja bisa merasa tenang dan damai.. kita bisa membaca sendiri kisah tentang raja Daud dalam kitab 1 dan 2 Samuel.
Di sana kita akan menemukan cerita tentang Daud dari sebelum menjadi raja, bagaimana dia dipilih, kisah tentang keperkasaannya dan masih banyak lagi. Namun, kita perlu memperhatikan bahwa kitab Samuel ditulis bukan untuk kepentingan sejarah atau sebagai kitab biografi, tetapi tujuan utama penulisan kitab ini bersifat teologis, dimana memberikan pemahaman bagi kita tentang penetapan perjanjian Allah dengan Daud (2 Sam. 7). Karena penulisan kitab ini bersifat teologis, penulis tidak hanya menceritakan tentang hal-hal baik dan kejayaan raja Daud, tetapi juga tentang kejatuhannya, meskipun ia seorang raja yang namanya masyur dan kerajaannya kokoh. Di sini penulis ingin agar kita dapat melihat karya Tuhan di dalam kisah hidup Daud, apa pun itu.
Kejatuhan raja Daud dimulai ketika ia sedang berjalan-jalan di atas sotoh istana dan ketika ia melihat ke bawah, tampak ada seorang wanita yang sedang mandi. Alkitab menulis bahwa wanita itu elok parasnya dan Daud mulai tertarik. Ketertarikan raja Daud membuatnya ingin tahu, mulai mencari tahu tentang siapa wanita cantik yang baru dilihatnya (gambaran kita pada umumnya kalau mulai tertarik dengan lawan jenis). Setelah dicari tahu, wanita cantik ini rupanya bernama Batsyeba dan ternyata sudah bersuami. Nama suaminya Uria, orang Het, dan ia seorang perwira yang sedang berada di medan pertempuran.
Di sini konflik mulai muncul. Meskipun Daud sudah tau status Batsyeba, ia tidak dapat menahan hatinya. Keinginan untuk memiliki Batsyeba semakin besar sehingga ia menyuruh memanggil perempuan itu, lalu tidur dengan dia. Masalah makin melebar ketika Daud mendapat pesan dari Batsyeba bahwa ia sekarang tengah mengandung. Berita ini tentu membuat Daud makin gundah karena jika rumor ini beredar, nama baik keduanya dipertaruhkan dan dihukum mati (Imamat 20:10). Oleh karena itu, Daud mulai memutar otak.
Daud memanfaatkan statusnya sebagai seorang raja untuk meminta Uria kembali dari medan pertempuran dengan alasan yang tidak jelas. Di ayat 7, dikatakan bahwa Daud menanyakan keadaan Yoab, panglima perangnya, menanyakan tentang keadaan tentara dan keadaan perang kepada Uria. Hal ini terlihat seperti terlalu dipaksakan. Jika Daud benar-benar ingin mengetahui keadaan di sana, tidak perlu Uria diundang untuk datang kepada raja. Orang yang tadinya Daud utus untuk meminta Uria pulang bisa menyampaikan akan hal itu. Atau, biasanya suatu kerajaan memiliki seorang utusan yang tugasnya untuk menyampaikan/mencari tahu tentang kondisi perang dan tentaranya.
Jelas ini hanya alibi dari Daud. Karena setelah mendengar berita dari medan pertempuran, Daud menyuruh Uria untuk pulang ke rumahnya dan beristirahat di sana. Sangat jelas di sini motif dari Daud. Jika Uria pulang ke rumah dan bersetubuh dengan isterinya, maka rumor tentang kehamilan Batsyeba dapat ditekan. Namun disini narasi tidak berjalan sesuai dengan skenario Daud, Tuhan tidak memihak kepadanya sehingga Uria menolak untuk pulang ke rumahnya sampai 3 kali! Uria memilih untuk tidur di depan pintu istana bersama-sama dengan hamba raja Daud. Ketika Daud bertanya kepadanya mengapa ia tidak pulang ke rumahnya, Uria dengan tegas memberikan jawaban bahwa demi hidup dan nyawa raja Daud, ia tidak akan pulang ke rumahnya (2 Sam. 11:11). Nah, karena skenario tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, akhirnya Daud mengambil jalur lain. Uria harus mati! Dan agar terlihat lebih natural kematian Uria, Daud menulis surat dan meminta Uria yang membawanya langsung kepada Yoab! Isi suratnya agar Uria ditempatkan dalam barisan terdepan di peperangan yang sengit dan membiarkan supaya Uria mati terbunuh (ay. 14-15). Ini suatu rancangan yang sangat keji.
Di sini kita dapat melihat bahwa dosa melahirkan dosa yang lain dan lebih keji (seperti naik level). Dan naasnya, ini dilakukan oleh seorang pemimpin negara yang dipilih oleh Tuhan sendiri, bahkan di pasal 7, Allah memilih Daud dan mengikat perjanjian dengannya. Allah telah memilih Daud untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah yang besar terhadap umat Israel, sehingga Allah berjanji untuk membuat namanya besar dan sebuah “rumah” untuk Daud, di mana rumah yang dimaksud adalah estafet kerajaan akan berasal dari keturunan Daud untuk selama-lamanya. Perjanjian TUHAN dengan Daud mengenai keluarga dan keturunannya yang akan menjadi raja atas Israel, serta janji untuk memberikan keamanan selama masa pemerintahan Daud. Perjanjian Allah kepada Daud adalah perjanjian tidak bersyarat, sehingga ketika keturunannya tidak taat, janji ini tidak akan hilang, tetapi akan terus diperbaharui oleh Allah. TUHAN memberikan suatu janji relasi yang baru antara Allah dengan keturunan Daud, adalah seperti relasi seorang bapa dengan anaknya yang menggambarkan suatu relasi yang sangat dekat, relasi yang sangat kuat. Hal ini memampukan seorang bapa dapat mendisiplinkan anaknya ketika berbuat dosa, tetapi tidak ditolak (2 Sam. 7:14).
Dari kisah tentang kejatuhan Daud, kita dapat melihat bahwa manusia bisa saja gagal tetapi janji Allah tidak pernah gagal. Daud sebagai seorang pemimpin yang dipilih langsung oleh Allah pun dapat gagal menjadi anak Allah, tetapi di sini kita dapat melihat bahwa Allah tetap setia terhadap janji-Nya sehingga Daud tidak ditolak sebagai seorang anak. Hal ini terbukti dalam pasal 12 dikatakan bahwa Allah mengutus nabi Natan untuk menegur Daud atas segala dosa-dosanya, dan respon Daud terhadap teguran Tuhan seperti yang telah kita baca tadi di ayat 13, Daud berkata: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” Saudara, Daud yang adalah seorang raja menyadari akan segala dosanya dan mengakui itu semua di hadapan Allah, dan di sini kita dapat melihat bahwa Allah beranugerah kepada Daud bukan karena dia adalah seorang raja, tetapi karena janji Allah. Allah berkata di 2 Samuel 7:14 bahwa: “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.” Ayat 15, “Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya.”’
Saudara, ini janji keselamatan yang Allah berikan kepada Daud dan keturunannya, dan Allah menggenapi janji-Nya itu. Setelah Daud mengakui dosanya, Tuhan beranugerah dan mengampuni Daud. Tetapi ada konsekuensi akibat dosa yang harus ditanggung Daud. Pertama, pedang tidak akan menyingkir dari keturunannya. Kedua, isteri-isterinya akan diambil oleh Allah. Kalau Daud mengambil isteri Uria secara tersembunyi pada malam hari, isteri-isteri Daud akan diambil oleh kaum keluarganya sendiri pada waktu siang (2 Sam. 12:22, Absalom melakukan kudeta terhadap Daud, ayahnya sendiri, dan meniduri gundik-gundiknya pada siang hari di atas sotoh istana). Ketiga, anak yang dilahirkan oleh Batsyeba bagi Daud akan mati. Inilah hukuman bagi dosa-dosa Daud.
Saudara, dua hal penting yang kembali mengingatkan kita bahwa: Pertama, anugerah Allah terbuka bagi mereka yang mengakui akan dosa-dosanya di hadapan Tuhan dengan tulus ikhlas. Janji Tuhan dalam 1 Yohanes 1:9 mengatakan bahwa “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Saudara.. TIDAK ADA dosa yang kita lakukan, yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah. Daud telah melakukan dosa yang sangat keji di hadapan Tuhan dan manusia. Ia berzinah dengan isteri seorang hamba yang setia. Ia melakukan perencanaan pembunuhan hambanya dengan keji. Daud layak dihukum mati karena dosa-dosanya itu. Tetapi ketika Daud menyadari akan dosanya dan mengakui semuanya di hadapan Allah, kasih karunia Allah terbuka dan pengampunan diberikan kepadanya. Kalau hari ini kita sedang bergumul dengan dosa tertentu, mari akuilah semuanya di hadapan Tuhan, maka pengampunan yang dari Allah akan diberikan kepada saudara dan saya. Pertanyaannya, mengapa Allah begitu beranugerah?
Saudara, Allah begitu beranugerah karena Allah adalah Allah yang setia. Inilah hal penting kedua yang disampaikan melalui bagian ini. Perjanjian tidak bersyarat antara Allah dengan Daud disempurnakan melalui Tuhan Yesus Kristus, bahwa ada jaminan keselamatan yang pasti, yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia di dalam Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 10:27-2\9 & Roma 8:35-39). Bagi setiap mereka yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam hidupnya, Allah memberikan jaminan ini, bahwa keselamatan yang Allah berikan tidak akan hilang. Sekali percaya kepada Kristus Yesus, kita akan diselamatkan. Memang benar bahwa kita masih bisa jatuh ke dalam dosa, tetapi dosa tidak akan menguasai hidup kita. Saudara, kebenaran ini memberi pengharapan bagi kita bahwa persoalan apa pun yang sedang kita hadapi sekarang ini atau di masa yang akan datang, tidak akan menjauhkan kita dari kasih Allah. Apakah itu persoalan kuliah, pergumulan tugas akhir sampai pergumulan teman hidup, masalah keluarga, masalah ekonomi, peperangan, atau pergumulan melawan dosa tertentu, dan masih banyak lagi persoalan-persoalan lainnya, saudara dan saya perlu mengingat bahwa semua itu tidak akan menjauhkan kita dari kasih Allah! Kita harus percaya bahwa kita dapat melewati setiap persoalan itu karena ada Allah yang setia, yang selalu bersama dengan kita. Amin