SHARING PELAYANAN MISI

Senny Pellokila (Staf Perkantas Kupang)

 Saat ini kami sedang melayani di tiga desa yang berdekatan di Pulau Timor. Dasar awal kami melayani karena jemaat-jemaat tersebut sudah banyak yang jadi mualaf. Faktor terbesar mereka menjadi mualaf karena masalah kemiskinan. Selain miskin, masyarakat tersebut juga mempunya tingkat pendidikan yang rendah dan pemahaman rohani yang dangkal sehingga dengan mudah berpindah kekyakinan pada waku di tawari dengan berbagai bantuan yang ada seperti sembako, air bersih, rumah maupun menyekolahkan anak-anak Kristen tetapi akhirnya anak-anak ini berpindah keyakinan kemudian kembali ke desanya dan mempengaruhi keluarganya untuk juga berpindah keyakinan.  Bahkan ada desa yang jumlah masyarakat muslim sudah lebih banyak dari pada masyarakat yang beragama Kristen.

            Masyarakat menikmati kemiskinan sejak dahulu dan bagi mereka itu bukan masalah. Kemiskinan tersebut menyebabkan dari dalam kandungan mereka sudah mengalami kurang gizi. Mereka hanya ke gereja tetapi tidak punya pemahaman yang dalam akan firman Tuhan dan juga secara pendidikan mereka kalah dibanding dengan saudara-saudara mereka yang telah menjadi mualaf. Di jemaat Kristen hanya satu atau dua orang yang menjadi sarjana tetapi teman-teman muslim sudah banyak yang menjadi sarjana bahkan mereka bisa memenangkan pemilihan kepala desa, karena calon mereka adalah orang asli yang bergelar sarjana, padahal di tempat-tempat tersebut umat Kristen masih mayoritas. Bahkan ustad mereka juga orang asli. Mereka saling mendukung untuk menyekolahkan anak-anak mereka apalagi anak-anak Kristen akan di sekolahkan di sekolah-sekolah mereka sehingga mudah berpindah keyakinan. Jadi secara pendidikan jemaat Kristen kalah jauh dan semakin terbelakang dibanding dengan teman-teman muslim. Apalagi dibandingkan dengan sekolah-sekolah GMIT (sekolah Kristen dibawah otoritas gereja tradisional), anak-anak baru diajar menggunakan bahasa Indonesia pada kelas III, ditambah lagi dengan guru-gurunya juga banyak yang tidak punya kapasitas dan beban, karena masih ada guru-guru yang hanya tamatan SMA dan hampir semua guru jika musim tanam tidak pergi mengajar berhari-hari tanpa ada rasa bersalah.

Jika kondisi terus terjadi seperti ini maka kedepan orang Kristen sulit menjadi pemimpin di daerahnya sendiri, bahkan banyak desa yang jumlah jemaat muslimnya semakin banyak karena teman-teman muslim terus gencar dengan berbagai cara menjadikan jemaat Kristen menjadi mualaf sedangkan gereja tidak ada pertahanannya karena satu pendeta bisa memegang 4-6 gereja lokal sehingga akan terus kebobolan. Oleh karena itu perlu gerakan yang hebat untuk menolong jemaat Kristen, perlu membantu gereja karena gereja tidak bisa melakukan banyak hal. Gereja terbatas sumber daya dan dana. Memang  sudah banyak gereja atau lembaga yang datang menolong jemaat Kristen di tempat ini, tetapi sayangnya mereka hanya memberikan bantuan secara langsung misalnya sembako, alat tulis, instalasi air tetapi tidak menolong jemaat yang ada untuk mandiri, bahkan jemaat terus bergantung pada bantuan-bantuan yang ada.

            Jemaat Kristen tidak melihat pentingnya hidup sejahtera, maka mereka tidak punya usaha yang lebih dalam bekerja. Karena miskin maka mereka diberikan banyak bantuan yang tanpa sadar ini meninabobohkan mereka, padahal ancaman untuk berpindah keyakainan akan siap menyergap mereka. Maka dari itu kita harus membantu mereka dengan tidak hanya memberikan bantuan yang bersifat karitatif tetapi diharapkan mereka bisa mandiri, bukan hanya merubah konsep berpikir tetapi juga memberikan contoh yang bisa diikuti, dan ini harus dikerjakan secara masif karena kita sudah kalah jauh dibanding teman-teman muslim. Kita harus saling mendukung, membuat jaringan yang besar agar impian tersebut bisa terjadi, dan arah perubahan itu sudah mulai nampak walaupun masih kecil.

Untuk mengatasi kemiskinan dan kekurangan gizi maka perlu adanya pemberdayaan ekonomi. Jemaat harus mempunyai kehidupan ekonomi yang baik sehingga tidak terpengaruh dengan bantuan dari pihak muslim, juga di tunjang oleh pendidikan dan pemahaman rohani yang semakin baik maka jemaat akan sejahtera baik secara spiritual maupun material. Oleh karena itu kami memutuskan pada tahun 2017 mengirim dua orang guru lalu di tambah tiga orang guru dan saat ini sudah sepuluh orang guru yang melayani di tiga desa. Pengiriman guru bisa diterima oleh masayarakat desa, termasuk teman-teman muslim. Para guru ini bisa melakukan banyak hal dalam tiga bidang yang ada yaitu pendidikan, kerohanian dan pemerdayaan ekonomi.

Dalam bidang pendidikan, mereka bukan hanya menjadi guru di sekolah tetapi hampir setiap hari mereka mengajar BIMBEL (Bimbingan Belajar) dan saat ini terdapat 188 siswa aktif yang ikut BIMBEL, termasuk beberapa siswa muslim. Selain itu kami juga menyekolahkan 10 orang siswa di SMP Kristen unggulan, dan ada 21 siswa yang sudah menjadi asisten guru yang membantu teman-temannya. Para asisten dan juga teman-teman yang di sekolah unggulan inilah yang diharapkan kedepan bisa membantu pendidikan di desanya.

Dalam bidang kerohanian, guru-guru membentuk beberapa kelompok pemuridan termasuk kelompok pemuridan ibu-ibu yang menanam sayur. Selain itu guru-guru juga mengajar sekolah minggu dan merekrut anak-anak sekolah minggu yang sudah dibina untuk menjadi guru sekolah minggu sehingga kedepan dalam taraf anak-anak maka mereka akan mempunyai pemahaman rohani yang sangat baik karena adanya pengajar/pembina yang berkualitas.

Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, jemaat yang dahulu tidak pernah menanam sayur, saat ini mereka bisa memiliki ratusan bedeng sayur, walaupun bedeng itu cukup jauh dari rumah mereka karena berlokasi di tempat mata air yang ada. Juga ada 14 KK (Kepala Keluarga) yang memelihara ikan Lele dan beberapa jemaat sudah membeli lele yang ada selain mereka jual keluar.

Ini pencapaian yang luar biasa karena jemaat belum penah membuat bedeng sayur dan memilihara ikan Lele. Bahkan awal mulanya mereka sangat takut terhadap ikan Lele karena bentuk tubuhnya yang menyerupai ular, tetapi sekarang mereka bisa mengkonsumsi ikan tersebut.

 Jemaatnya juga diedukasi untuk menabung dan ada beberapa KK yang sudah melakukan hal ini. Puji Tuhan. Juga yang sedang kami lakukan saat ini adalah jemaat diminta memelihara ayam untuk dijual dan telurnya bisa dikonsumsi oleh anak-anak mereka. Walapun hal ini belum berhasil, tetapi para guru terus mendorong orang tua dan anak-anak untuk melakukan hal ini.

Masih ada beberapa hal lagi yang ke depan akan dilakukan untuk menolong kondisi ini agar jemaat bisa hidup sejahtera dan punya pemahaman rohani yang baik sehingga tidak terpengaruh dengan berbagai bantuan untuk berpindah keyakinan. Bahkan kenginan kami adalah anak-anak yang suda dibina bisa juga menginjili teman-teman mereka yang sudah mualaf. Hal ini sudah dilakukan tetapi baru sebatas dikerjakan oleh beberapa guru yang ada.

Kedepan kami akan menjangaku beberapa desa lagi dengan menempatkan beberapa guru baru. Oleh karena itu bantuan/dukungan dari kakak-kakak dan teman-teman sangat kami butuhkan. Doakanlah agar pelayanan ini menjadi berkat yang berarti sehingga terbentuk system yang baik dalam bidang pendidikan, kerohanian dan ekonomi. Dengan demikian mereka bisa mandiri pada waktu kami menyelesaikan pelayanan di desa-desa tersebut.